Rabu, 22 Februari 2012

Review : The Madness of Lord Ian Mackenzie oleh Jennifer Ashley


Judul : The Madness of Lord Ian Mackenzie
Pengarang : Jennifer Ashley
Penerbit : Berkley Sensation
Tebal : 305 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2 Agustus 2011
Format : Mass Market Paperback
Target : Dewasa
Genre : Historical Romance
Bahasa : Inggris
Seri : Highland Pleasures
Buku ke- : 1 (satu)
Status : Pinjaman

Web Pengarang
Order di : Bookdepository
English Review at Goodreads : click here




Sinopsis

The year is 1881. Meet the Mackenzie family--rich, powerful, dangerous, eccentric. A lady couldn't be seen with them without ruin. Rumors surround them--of tragic violence, of their mistresses, of their dark appetites, of scandals that set England and Scotland abuzz.

The youngest brother, Ian, known as the Mad Mackenzie, spent most of his young life in an asylum, and everyone agrees he is decidedly odd. He's also hard and handsome and has a penchant for Ming pottery and beautiful women.

Beth Ackerley, widow, has recently come into a fortune. She has decided that she wants no more drama in her life. She was raised in drama--an alcoholic father who drove them into the workhouse, a frail mother she had to nurse until her death, a fussy old lady she became constant companion to. No, she wants to take her money and find peace, to travel, to learn art, to sit back and fondly remember her brief but happy marriage to her late husband.

And then Ian Mackenzie decides he wants her.

Review

Inggris tahun 1881. Kalangan bangsawan London mengira Lord Ian Mackenzie adalah orang gila. Begitulah setidaknya yang didengar oleh Beth Ackerley, seorang janda muda yang baru saja mendapat kekayaan berlimpah dari mantan majikannya yang sudah meninggal. Saat Beth diajak oleh tunangannya, Sir Lyndon Mather, ke opera, dia pun bertemu dengan Ian. Ian mengingatkan bahwa Mather itu orang jahat yang hanya mengincar harta Beth. Lalu menawarkan dirinya untuk menikahi Beth. Beth tentu saja terkejut, apalagi menurutnya Ian agak aneh. Dia tidak mengerti kalau Beth bercanda, hanya bisa memahami pembicaraan sederhana, dan paling aneh, Ian tidak mau menatap mata Beth. Beth tentu saja menolak lamaran Ian, dan menawarkan untuk berteman saja. Ian lalu mengatakan pada Beth untuk menjadi kekasihnya, dan menikmati hubungan mereka tanpa beban. Hanya kenikmatan fisik saja.

Beth yang akhirnya memutuskan pertunangannya dengan Mather, lalu pergi ke Paris. Disana dia bertemu dengan kakak Ian, Mac Mackenzie yang seorang pelukis, dan istrinya Isabella. Beth tinggal di rumah Isabella, dan terkejutlah dia saat Ian menyusulnya kesana. Mereka lalu terlibat dalam hubungan seksual yang penuh gairah, walau ga sampai ke tempat tidur sih, haha :P. Sementara itu di Inggris terjadi kasus pembunuhan di High Hillborn, semacam lokalisasi, dimana seorang pelacur telah dibunuh. Inspektur Fellows mengira Ian adalah pembunuhnya, dan bahkan mengejar Ian ke Paris, menemui Beth, lalu Fellows membeberkan kebusukan keluarga Mackenzie yang menurutnya semua adalah orang gila dan pembunuh. Beth tidak percaya dengan apa yang dikatakan Fellows, apalagi dia mulai jatuh cinta pada Ian yang unik.

Sayangnya Beth harus menikahi Ian, karena mereka terperangkap dalam keadaan "tidak sesuai" menurut aturan jaman itu. Tapi Ian melakukannya agar Beth tidak diganggu oleh Fellows. Dan nama Mackenzie akan melindunginya, karena kakak Ian, Hart Mackenzie, adalah Duke of Kilmorgan. Salah satu duke yang berkuasa di Inggris. Ian lalu memboyong Beth ke Skotlandia dan disana Beth berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga Mackenzie, mulai dari dengan kakak Ian yang menyukai kuda, Cameron, anak Cameron, Daniel, pelayan - pelayan disana dan terutama Hart yang semena - mena itu. Disaat Beth sedang menikmati masa bulan madu mereka, dia tidak sengaja mendengar pembicaraan Hart dan Ian tentang pembunuhan pelacur di High Hillborn. Beth semakin curiga, benarkah apa yang Fellows katakan, bahwa Ian pembunuhnya? Atau malah Hart yang berusaha melindungi Ian? Atau sebenarnya pembunuhnya orang yang tidak mereka kira?

Saya sering membaca review buku ini di Goodreads, dimana banyak yang memujinya. The Madness of Lord Ian Mackenzie bahkan masuk dalam daftar 100 buku Historical Romance terbaik. Saya tahu kenapa pembaca menyukai buku ini. Ian bukanlah hero biasa, dia bahkan lebih dari biasa. Menurut apa yang saya baca, Ian ini mengidap sindrom Aspenger. Saya sendiri kurang ngerti ini sindrom apa (males google juga), hanya Ian ini orangnya sangat pintar. Jika dia membaca sesuatu, dia akan memahaminya saat itu juga. Ingatannya sangat kuat, tapi dia kesulitan memahami pembicaraan orang banyak. Orang itu harus berbicara langsung padanya, dan sesederhana mungkin. Ian juga tidak mau menatap mata orang lain. Itulah kenapa Beth sedih tiap kali mereka bercinta, Ian tidak mau menatap matanya. Karena Ian takut dia akan tersesat jika melihat mata Beth. Tapi Ian mencintai Beth sepenuh hati, karena hanya Beth lah yang membuatnya tenang.

Keadaan Ian yang unik ini, tentu saja dianggap tidak biasa di Inggris pada masa itu. Ayah Ian bahkan memasukkan Ian yang masih bocah ke asylum atau rumah sakit jiwa. Padahal Ian sebenarnya normal - normal saja, hanya cara kerja otaknya lain. Saya terharu saat membaca perlakuan kakak - kakak Ian dan juga para pelayannya. Terlihat mereka begitu menyayangi adik bungsu mereka, walau mungkin beberapa ada yang terlalu, seperti Hart yang terlihat seolah dia memanfaatkan Ian. Adegan favorit saya saat mereka semua tertegun melihat Ian tertawa. Karena saat Ian terakhir tertawa adalah saat dia keluar dari asylum.

Bicara tentang Ian lagi, saya ga bisa menahan diri untuk menitikkan air mata. Ian memang sudah dewasa, mengerti tentang kenikmatan fisik, pandai dalam mengkalkulasikan angka, tapi dia begitu polos. Ian seperti anak kecil terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Dia juga tidak bisa bohong, Ian yang mengungkapkan dia tidak bisa jatuh cinta pada Beth karena tidak tahu apa itu cinta, mengingatkan saya pada anak kecil yang bertanya pada orang dewasa kenapa awan berwarna putih. Pertanyaan yang simple, tapi tidak bisa dijawab, karena cinta memang tidak bisa dijelaskan.


Selain hubungan antara Ian dan Beth, dan dengan keluarga Mackenzie lainnya, ada unsur suspense yang cukup kental di buku ini. Kita dibawa bertanya - tanya apa alasan Inspektur Fellows sangat membenci keluarga Mackenzie. Kita juga akan dibuat penasaran oleh pembunuh yang sebenarnya, yang nantinya di luar dugaan pembaca. The Madness of Lord Ian Mackenzie adalah historical romance yang unik. Dengan hero yang unik dan ide cerita yang tidak biasa. Disini Jennifer Ashley seolah ingin mengatakan lewat Ian, bahwa sebenarnya semua orang punya kegilaan masing - masing, dan bahwa apa yang kita anggap tidak biasa, sebenarnya lebih dari pada itu. Saya merekomendasikan ini untuk diterjemahkan di Indonesia. Dan saya jadi ga sabar baca buku selanjutnya tentang Mac Mackenzie dan istrinya Lady Isabella.

Favorite Quote :

All of us are mad in some way ~ Lord Ian Mackenzie

I do not think him as Lord Ian Mackenzie, aristocratic brother of a duke and well beyond my reach; not as the Mad Mackenzie, an eccentric people stare at and whisper about. To me, he is simply Ian ~ Beth Ackerley

Rating Cerita




Sensualitas


10 komentar:

  1. waaaaaaaa nice review Ren ... tapi emang Ian sejauh ini hero paling gak biasa a.k.a unik luar biasa... kupikir bakalan aneh ini novel ... tapi ... pas baca malah berkaca2 hiks ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku justru mau nangis pas adegan kakak-kakaknya Ian yang matanya basah pas liat Ian. Sayang banget mereka ke Ian, bahkan Hart yang songong itu sampai nangis, hehehe

      Hapus
  2. jadi penasaran tingkat tinggi.. hahahahaha..
    untuk suspense, setipe ama JD Robb kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga terlalu berat di suspense kok =)
      Cuma bikin penasaran siapa pembunuh sebenarnya. Ternyata emang di luar dugaan yang bunuh itu siapa

      Hapus
  3. aku sedih banget waktu Cam yg cium Ian dan nangis waktu Ian ngamuk itu lho yg di taman Ren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya semua adegan yang ada perlakuan Cam/Mac/Hart ke Ian aku nangis deh Mbak :'(

      Hapus
  4. amazing review Ren, aku mau baca bukunya, udah ada ebook nya sih tp nga puas kl belom pegang bukuuu....hahhaha
    Hero satu ini harus di baca, karna laen dari yg laen sih...^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi ... ren, Review nya bgs n aq penasaran with Ian Mckenzie... kyknya semua setuju deeh klo hero nya " unique "
      bnr2 penasaran mau bc bukunya...


      regards,

      Esther fanny

      Hapus
  5. Semoga gue menang nih buku *merapal mantra keberuntungan, panggil Untung dari cerita Donald Bebek*

    Karena saya sudah komen sebelumnya, sekarang saya komen lagi ^^

    Ada gak sih cerita lain yang setipe dengan Ian ini? Jadi hero-nya punya penyakit (yang gak mematikan karena kalo mematikan, ceritanya jadi sedih dan nyesek) dan ceritanya menghanyutkan.

    BalasHapus
  6. Great review!

    Udah lama penasaran sama buku ini. Pengen banget punya bukunya (semoga menang....).

    Tertarik sama buku ini gara2 ceritanya unik soalnya hero-nya ga "perfect", terus banyak rewiew buku ini di GR juga bagus2.

    Buku ini ngingetin aku sama novelnya Christine Feehan yang Water Bound, dimana heroine-nya autis. Tapi ceritanya jauh dari menghanyutkan. Penasaran apakah buku The Madness of Lord Ian Mackenzie bakal bikin aku nangis bombay.

    BalasHapus

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...