Jumat, 04 Mei 2012

Review : Bloodfever oleh Karen Marie Moning

Judul : Bloodfever
Pengarang : Karen Marie Moning
Penerbit : Delacorte Press
Tebal : 349 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2007
Format : Mass Market Paperback
Target : Dewasa
Genre : Urban Fantasy
Bahasa : Inggris
Seri : Fever atau The Chronicles of MacKayla Lane
Buku no : Dua
Status : Punya sendiri.

Web Pengarang
Order di : Bookdepository
Review buku ke 1 : Darkfever


Sinopsis

I used to be your average, everyday girl but all that changed one night in Dublin when I saw my first Fae, and got dragged into a world of deadly immortals and ancient secrets. . . .

In her fight to stay alive, MacKayla must find the Sinsar Dubh -a million-year-old book of the blackest magic imaginable, which holds the key to power over the worlds of both the Fae and Man. Pursued by assassins, surrounded by mysterious figures she knows she can't trust, Mac finds herself torn between two deadly and powerful men: V'lane, the immortal Fae Prince, and Jericho Barrons, a man as irresistible as he is dangerous.

For centuries the shadowy realm of the Fae has coexisted with that of humans. Now the walls between the two are coming down, and Mac is the only thing that stands between them.


Review

Sebelum membaca review saya untuk Bloodfever, ada baiknya baca review untuk buku pertama, Darkfever di sini . Karena saya menjelaskan cukup banyak latar belakang seri ini di Darkfever, dan Bloodfever ini terjadi beberapa waktu setelah buku pertamanya, jadi akan ada beberapa spoiler untuk buku pertama. MacKayla Lane, ingin balas dendam karena kematian kakak tersayangnya, Alina. Tak pernah Mac menyangka dendamnya itu akan menyeretnya ke Dublin,Irlandia. Bertemu dengan Jericho Barrons pria misterius dengan agenda misterius, dan bertemu mahkluk yang selama ini hanya ada di dongeng, Fae.

Setelah kejadian di Darkfever, Mac tahu siapa pembunuh Alina, walau dia sendiri tidak terlalu yakin. Polisi Irlandia mencurigainya, dan setelah bertemu Barrons, polisi itu ditemukan tewas. Atasan si polisi, Inspektur Jayne mencurigai Mac dan Barrons yang membunuh polisi itu. Disisi lain, rekan Barrons di toko buku Barrons's Books and Baubles, Fiona, membenci Mac. Fiona bahkan berniat membunuh Mac dengan membiarkan toko dalam keadaan gelap dan terbuka, sehingga Shade, fae Unseelie yang menakutkan, masuk dan menyerang Mac. Barrons yang murka lalu memecat Fiona.

Seolah masalah tidak pernah berhenti, ayah Mac datang ke Dublin dan memohon putrinya untuk pulang. Lalu adik Rocky O'Bannion yang tewas di buku pertama, Derek, mencurigai Mac ada di belakang kematian sang kakak. V'Lane, pangeran Fae dari pihak Seelie meminta Mac membantunya mencari Sinsar Dubh, buku magis dengan sihir kegelapan milik Fae Unseelie. V'Lane bahkan mengajak Mac ke Faery, dunia yang waktunya berjalan lebih lambat dari dunia manusia, mempertemukannya dengan ilusi Alina, agar Mac bersedia berpihak pada Seelie. Hal yang membuat Barrons marah besar, sampai ingin mentattoo Mac dengan sihir khusus. Agar gampang dicari tentunya.

Jika di buku pertama, Mac dan Barrons mendapatkan salah satu Hallows milik para Fae Seelie, yaitu tombak Longinus, di buku ini Mac menemukan dua Hallows. Satu adalah Amulet legendaris yang dikejar Barrons dan Mac di Wales, namun malah dicuri. Satunya lagi adalah Sword of Lugh, dipegang oleh seorang gadis kecil, Dani O'Malley. Dani ini ternyata sama dengan Mac, sama - sama sidhe-seer, orang yang bisa melihat Fae. Dani memberitahu Mac, tembok antara dunia manusia dan Fae runtuh sehingga Fae bisa menyelinap ke dunia manusia. Dari Dani jugalah Mac bertemu Rowena, pemimpin para sidhe-seer dan tahu masa lalu Mac. Mac tidak bisa percaya pada siapapun. Barrons memanfaatkannya untuk mendapatkan Hallows dan Sinsar Dubh, V'Lane ingin Mac berpihak pada kaum Seelie, dan Rowena ingin Mac berpihak pada kaum sidhe-seer. Semuanya memiliki agenda sendiri, dan Mac merasa dia hanyalah pion catur yang digerakkan kesana kemari. Apalagi setelah musuh lama Mac, yang dia kira telah mati sebelumnya, justru datang mencari Mac dan berniat membunuhnya.

Bagi saya Bloodfever lebih lambat daripada Darkfever, perburuan Hallowsnya kurang intense kalau dibandingkan buku pertama. Gaya penceritaannya tetap lambat, semuanya tetap dari sudut pandang Mac. Pembaca bisa benci-cinta sama Mac, walau Mac sudah lebih dewasa dari pada saat dia pertama kali datang ke Dublin, mengubah penampilan dari cewe barbie menjadi cewe beringas (rambut blonde panjangnya dipotong jadi pendek dan diwarnai hitam), tapi Mac tetap dipenuhi keragu-raguan. Barrons yang menjadi tumpuan hidup Mac selama di Dublin juga ga banyak membantu. Tetap misterius, tetap menyembunyikan banyak hal. Bikin Mac semakin frustasi.

Saya merasa Mac kadang terlalu bergantung pada Barrons untuk menyelamatkannya saat berhadapan dengan para Unseelie yang jahat, tapi Mac juga jarang mempercayai Barrons. Yah, Barrons terlalu sok misterius masalahnya :P. Ada juga beberapa adegan dimana Barrons bersikap terlalu keras pada Mac. Walau tidak sampai pada tahap bikin saya ilfil. Mungkin karena Macnya juga menjengkelkan saat itu. Tidak ada romansa di buku ini, walau ada petunjuk kesitu. Meskipun demikian, tetap menarik membaca hubungan antara Mac dan Barrons, yang benci tidak, suka juga tidak.

Kelebihan Bloodfever dibanding buku pertama adalah munculnya karakter - karakter baru yang akan mendukung jalan cerita nantinya. Seperti Rowena, Dani O'Malley, Ryodan, kenalan Barrons, dan klan MacKeltars (yang setahu saya ada di seri Highlandernya Karen Marie Moning juga). Hubungan Mac dan V'Lane di buku ini juga lebih banyak dimana mereka berdua mencapai semacam kesepakatan. V'Lane harus mengurangi sensualitasnya sehingga Mac tidak harus selalu lepas baju jika ada V'Lane :)). Peran Seelie dan Unseelie dikupas lebih dalam di buku ini, sejarah mereka perlahan - lahan diterangkan. Misteri pembunuh Alina sebenarnya juga masih belum mencapai titik terang, walau Mac sudah mengira siapa pembunuhnya. Kenapa dan mengapa Alina dibunuh, masih belum jelas. Di belakang buku disediakan glosarium. Atau lebih tepat dibilang jurnal pribadi Mac. Disini Mac menjelaskan istilah - istilah dan karakter - karakter di sekitarnya. Sangat membantu pembaca untuk memahami dunia Fever.

Pembaca yang sudah membaca Darkfever, jelas akan tidak sabar membaca Bloodfever. Sedangkan mereka yang masih baru, saya sarankan untuk membaca buku pertamanya,karena ceritanya berkesinambungan. Yang jelas, bagi mereka yang ingin membaca tentang dunia Fae yang lebih dewasa dan kompleks, wajib baca seri Fever ini! Dan dengan kabar seri ini akan difilmkan, semoga saja penerbit Indonesia mau menerjemahkan buku ini dan buku - buku selanjutnya.

Trivia:

- Istilah Fae sendiri sama dengan fairy atau faery. Walau artinya sama - sama peri, jika fairy di bayangan kita lebih mirip - mirip Tinkerbellnya PeterPan, Fae biasanya lebih mirip seperti elf. Berwujud manusia dewasa, bertelinga lancip, tampan/cantik, menarik tapi Fae lebih penuh tipu daya. Fae lebih banyak dikenal di mitologi Irlandia, Scotlandia dan Norse. Fae di dunia Fever adalah bagian dari Tuatha de Danann atau orang - orang keturunan dewi Danu. Tuatha de Danann dibagi menjadi dua, yaitu Seelie dan Unseelie. Arti Seelie adalah "bahagia", "keberuntungan" dan "diberkati", mereka mewakili sisi terang. Unseelie adalah kebalikannya, artinya adalah "kesedihan", "kesialan" dan "terkutuk" Seelie dan Unseelie sendiri berasal dari bahasa Inggris Kuno, sœl dan esœlig. Seelie di dunia Fever dipimpin oleh Ratu dan pendampingnya. Usia yang abadi membuat mereka harus meminum substansi dari "The Cauldron" untuk menghapus memori dan memulai hidup baru. Unseelie dipimpin oleh Raja dan selirnya, hanya saat ini mereka tidak punya pemimpin, karena sang Raja menghilang. Di dunia nyata, mitos Seelie dan Unseelie ada di salah satu karangan Shakespeare, A Midsummer Night's Dream. Sedangkan salah satu buku yang juga membahas tentang Fae adalah The Iron King karya Julie Kagawa.

- Tombak Luisne, senjata Mac yang digunakan untuk memburu para Unseelie, sejatinya adalah Tombak Longinus, yang dipakai untuk menusuk Yesus pada saat penyalibannya. Tombak ini termasuk benda suci, dan dipakai inspirasi untuk Karen Marie Moning sebagai salah satu Hallows milik Seelie. Selain Tombak Longinus, salah satu Hallows milik kaum Seelie adalah amulet magis legendaris yang dipakai oleh orang - orang terkenal dalam sejarah seperti Boudicca, Joan of Arc dan Napoleon. Amulet itu hanya bisa dibangkitkan oleh orang yang berkemauan kuat.

Source : Wikipedia, image dari situs Obsidian Portal
Tautan

Favorite Quote :
Diterjemahkan bebas dari buku aslinya :

Ayah pernah berkata, ada tiga macam orang di dunia ini : mereka yang tidak tahu apapun, dan tidak tahu kalau mereka tidak tahu ; mereka yang tidak tahu tapi tahu apa yang tidak mereka ketahui; dan mereka yang tahu dan tahu berapa banyak hal - hal yang mereka tetap tidak tahu.

Hal yang rumit, aku tahu. Aku pikir aku akhirnya lulus dari mereka yang tidak tahu sama sekali ke mereka yang tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Rating Cerita


Sensualitas

Ada sedikit adegan nudity, tapi tidak ada adegan intim. Hanya adegan ciuman antara Barrons dan Mac menjelang akhir cerita. (akhirnyaaaaa... hiks!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...