Rabu, 13 November 2013

Review : A Very Yuppy Wedding oleh Ika Natassa



Judul : A Very Yuppy Wedding
Pengarang : Ika Natassa

Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 288 halaman
Diterbitkan pertama kali : Oktober 2007

Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Contemporer Romance 



Sinopsis



The life of a business banker is 24/7, dan bagi Andrea, banker muda yang tengah meniti tangga karier di salah satu bank terbesar di Indonesia, rasanya ada 8 hari dalam seminggu. Power lunch, designer suit, golf di Bintan, dinner dengan nasabah, kunjungan ke proyek debitur, sampai tumpukan analisis feasibility calon nasabah, she eats them all. Namun di usianya yang meninjak 29 tahun, Andrea mungkin harus mengubah prioritasnya, karena sekarang ada Adjie, the most eligible bachelor in banking yang akan segera menikahinya. So she should be smiling, right?

Not really. Tidak di saat ia harus memilih antara jabatan baru dan pernikahan, menghadapi wedding planner yang demanding, calon mertua yang perfeksionis, target bank yang mencekik, dan ancaman denda 500 juta jika ia melanggar kontrak kerjanya. Dan tidak ada Manolo Blahnik atau Zara atau Braun Buffel yang bisa memaksanya tersenyum di saat ia mulai mempertanyakan apakah semua pengorbanan karier yang telah ia berikan untuk Adjie tidak sia-sia, ketika ia menghadapi kenyataan bahwa tunangan sempurnanya mungkin berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri.

Welcome to the world of Andrea Siregar, the woman with the most rational job on the planet as she is making the most irrational decisions in her own personal life.




Review


Hmmm, siapa yang ngga kenal Ika Natassa? Apalagi kalau kamu banyak baca novel karya pengarang Indonesia (ngga kayak saya, wakakak). Selama ini kalau saya lihat, kayaknya fans Ika itu banyak banget. Dia keliatannya juga smart, dan banyak teman BBI saya yang membaca karya dia. Bahkan beberapa pemenang giveaway juga minta bukunya Ika. Jadi bikin penasaran kan? Berkat salah satu teman BBI, A.s.Dewi yang mau meminjamkan koleksi Ika Natassanya sama saya, akhirnya saya pun berkesempatan baca "A Very Yuppy Wedding", buku debut dari Ika .
Ceritanya sih ngga perlu saya jabarin, karena di sinopsis juga ada :P. Saya baca ini saat pak manajer lagi ngga di kantor (asyeeek.. ehm, jangan ditiru kalau bisa) dan selesai beberapa menit sebelum saya nulis review ini. Dan, perasaan saya setelah membaca A Very Yuppy Wedding adalah :
note : beware, saya bakalan  ngomel di review ini. Anda sudah diperingatkan, hehehe 

CAPEK

Rasanya butuh tenaga buanyaak buat menghabiskan buku ini, sekaligus kendali emosi yang luar biasa untuk tidak melempar buku ini ke tembok (yang jelas ga akan saya lakukan, karena saya di kantor. Dan ini buku orang m__m) .Banyak istilah ngenggres, nama brand dimana - mana, bahasa "loe-loe-gue-gue-oke" (ini candaan masa SD dulu ngadapin anak tetangga yang orang Jakarta, wakakak), SARA alias rasis dimana - mana (emang ada yang salah sama ORANG JAWA??), plus karakter Andrea yang shallow abis. Si Andrea itu, ya ampun, omongannya kasar banget! Banyak sekali kata mampus dan juga sh*t di buku ini. Saya ga peduli, Andrea ini mau orang Batak kek, orang Jawa kek, Melayu atau Bugis atau apalah, tanpa memandang etnis atau agama,  cewek itu ya, NGGA SOPAN ngomong mampus. Apalagi sampai berkali - kali.

Duh Andrea ini, selain egois luar biasa juga ratu drama, pake banget. Beberapa hal saya bisa merasa terhubung ke Andrea karena  saya akui, saya juga kadang bisa sangat egois dan bikin misua plus keluarga bete. Tapi aneh melihat dirinya yang liberal dan sangat alpha merasa insecure akibat hal yang ngga jelas. Iya tahu, Ika mungkin pengen nulis kalau Andrea ini ya punya flaws alias kekurangan biar tampak manusiawi. Cuma ya konyol lihat Andrea insecure sama mantannya Adjie dan juga si Ajeng, bawahan Adjie, hanya karena dua cewek itu adalah orang Jawa. Saya terus terang ngga sreg sama penggambaran Ika tentang orang Jawa di buku ini. Ngga semua dari kita bener - bener kayak putri keraton. Saya yang orang jawa tulen (plus campuran Madura dan China, hehehe) itu ya biasa aja, ngga lemah gemulai, ayu bak bidadari :|. Kesannya kayak kami semua itu keluar dari keraton gitu.

Lalu, saya merasa heran ketika membaca review beberapa orang yang sudah baca dan bilang Adjie ini too good to be true. Soalnya, sikap Adjie yang childish plus posesif gitu mananya yang too good to be true? Nerima si Andrea yang selfish? Lah, perasaan Adjienya juga egois luar biasa, plus dendaman. Pasangan yang ngga jelas deh ini Andrea sama Adjie, berantem bahkan sampai mau akad nikah. Bener - bener ala sinetron *rolling eyes*. Mending batalin aja deh nikahnya, kalau drama mulu. Penasaran apa abis nikah, si Andrea ma Adjie bakal berubah kepribadian, terutama si Andrea yang selfish banget itu. Ngga kali ya  #ngomongsendiri . Repot juga sih, karena buku ini semua dari sudut pandang Andrea, jadi kita ngga tahu apa yang dipikirkan Adjie. Padahal akan sangat menarik lho, dan juga bisa bikin pembaca istirahat sejenak dari adegan drama queennya Andrea.

Beberapa bagian di buku ini kayak berasa bukan baca tentang Andrea, tapi tentang Ikanya sendiri. Seperti bagian puisi Pablo Neruda ma film yang menginspirasi Andrea akan puisi itu. Yah, ini hanya perasaan saya saja, dan membuatnya agak out of context deh. Kayaknya Ika juga hobi ke Sushi Tei, melihat banyaknya adegan Andrea makan di Sushi Tei -__-".

Lalu, nama brand yang berseliweran di buku ini. ARGHHHHHHH, bisa ada 100an kata lebih yang nyinggung nama brand. Ini buku harusnya dilabeli "buku khusus untuk kaum jetset", soalnya sumpah saya  ngga ngerti sama nama - nama brand di buku ini. Kecuali kayak Manolo Blahnik (karena saya hobi nonton ANTM),Zara (karena tas kerja saya itu mereknya Zara. KW dong pastinya, wakakak), Coffee Beans (karena saya hobi nyiksa perut dengan minum disana kalau abis meeting dengan klien di Wisma Nusantara),  membaca brand - brand di buku ini berasa kayak Frodo Baggins yang ngga tau bahasa Elvish. Berasa pengen muntah tiap si Andrea mulai ngucap "beli baju merek ini, pake baju merek itu, makan disini dan disitu". Hedon sekali hidupnya si Andrea. Kayaknya seperti ada aturan tidak baku dalam chicklit kalau "minimal harus ada beberapa nama brand". Ya mungkin.

Saya agak ngikik sih pas baca Andrea yang panggil Adjie "sweetie". Walau untuk yang ini saia maklumi, karena misua dulu sebelum nikah juga panggilnya "Cinta" . Ngga banget deh, tapi seneng aja dengernya. Entahlah, walau maklum, panggilan sweetie itu kerasa "ganjel" aja di telinga saya. Manis-manis menyengat dan bikin eneg.

Sinopsisnya juga bagi saya rada misleading, terutama bagian calon mertua perfeksionis. Plus gambaran Andrea sebelum ketemu orangtuanya Adjie, yang menurut saya sih ngga lucu. Padahal ortu Adjie itu menurut saya jauh tuh dari kesan perfeksionis. Malah nyokapnya Adjie kelihatan yang seneng banget sama Andrea. Masa mertua kayak gini dibilang perfeksionis sih?

Karakter yang menarik disini bagi saya cuma Tania dan Firman, temannya Andrea yang lebih punya kepribadian ketimbang Andrea sendiri.Walau bawel Tania tuh lebih rasional ketimbang Andrea. Heran yah, padahal Andrea sudah mendekati 30, tapi kok ya childish mengingat posisinya sebagai banker. Bukannya mereka itu dituntut untuk berkepala dingin dan rasional? Bahkan menurut saya si Ajeng yang notabene Andrea anggap saingan pun masih lebih baik walau digambarkan genit. Bagian ini juga yang saya juga kurang suka. Seolah jadi resep di buku romens manapun, entah itu metropop kek, amore kek, rival yang cewek itu seengganya harus bitchy dan slutty! Kenapa coba ga bikin Ajeng biasa - biasa aja? :(

Banyak istilah perbankan, yang saya sih ngga terlalu bingung pas bacanya. Mungkin karena ada kesamaan dengan ritme kerjaan saya di kantor ini (tapi gaji saya mah ga segede Andrea), dan saya ga terlalu memperdulikan masalah perbankan juga. Konfliknya cenderung bosenin. Kalau ngga Andrea yang marah, Adjie yang marah. Kalau ngga Adjie jadi cowo super posesif dan ngelarang Andrea untuk dekat dengan lelaki manapun, ya Andrea yang akan ngelarang Adjie. Tarik ulur kayak tarik tambang di lomba kemerdekaan deh! #tepokjidat. Kalau untuk stressnya Andrea menghadapi pernikahan sih, saya no komen. Karena saya tahu rasanya seperti apa. Menurut saya, ini satu dari kelebihan buku ini. Tapi yah, cuma itu. Plus kehadiran Tania dan Firman yang cukup menyelamatkan karya debut Ika.


Verdict?

Ini buku pertama Ika yang saya baca, dan kayaknya sih ngga akan baca buku dia yang Divortiare maupun Twivortiare. Bagi saya, gaya nulis Ika enak buat dibaca dan juga mengalir. Walau nilai minusnya adalah dia kebanyakan pake istilah bahasa Inggris, sesuatu yang disayangkan banget deh (atau, lagi - lagi rumusan tak tetap Metropop itu, harus ada percakapan dalam bahasa Inggris yang banyak? ) Tapi tokoh- tokoh utamanya yang bikin sakit jiwa pas baca itu yang bikin jadi males baca. Kalau kamu belum pernah baca buku Ika, dan ga keberatan dengan nama brand yang bertebaran di buku ini, mungkin bakal suka. Kalau sama kayak saya, mungkin perlu dipertimbangkan untuk pinjem teman aja :P

Bye, bye, Ika's books. Mungkin memang bukunya tidak ditakdirkan untuk saya ya :|

Note : Terimakasih A.s.Dewi yang sudah meminjamkan buku ini ke saya :D


Rating Cerita

24 komentar:

  1. Haha, setuju tentang brand dan bahasa Inggris yang kebanyakan, dan akhirnya mengganggu. Aku sendiri cukup menikmati tulisan Ika, tapi capek pas baca Twivortiare. Selama baca selalu bayangin kalau ini rumah tangga beneran, yang semua masalahnya diungkapkan dalam tweet, rasanya nggak sreg...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakksss Twivortiare juga kayak gitu ya... nyerah deh Lu, hehehe :P

      Hapus
  2. Nah!!! Nemu juga nih yang enek baca bukunya Ika, selain gaya berceritanya yang mengalir, selebihnya saya siap melempar buku itu ketembok. Untung pinjem doang, bayangkan betapa nyesalnya jika buku itu saya beli!!! Terlalu hedon dan terlalu banyak bahasa Inggris, enek pokoknya!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, aku juga ngga suka karena terlalu menonjol hedonismenya, plus perkataan bahasa Inggris. Di acknowledgementnya yang nyampe 3 halaman itu juga bahasa Inggrisnya bejibun. Bikin eneg -.-

      Hapus
  3. lol. welcome to the club, mbak! saya juga pernah pengeeeeen banget baca bukunya, tapi terus ragu mau beli novelnya--sayang uang. akhirnya saya beli Autumn Once More yang ada karya dianya. aih langsung shock di tempat sama gaya nulisnya yang gado-gado itu. Sejak saat itu saya say no more sama Ika Natassa. :'D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gaya nulis gado - gado emang udah trademark dia kali ya :P. Mbok ya inget sekarang itu tinggalnya dimana.. kalau di Indonesia ya minimal kurangin dikit gitu omongan bahasa Inggrisnya.

      Hapus
  4. Bukunya Ika itu guilty pleasure buat saya. Sebal dengan taburan brand dan bahasa inggris, tapi alur ceritanya asyik.
    Dan yang paling kerasa adalah penulis berusaha memasukkan dirinya ke dalam tokoh novelnya. Paling sering adalah tokohnya berporfesi sebagai bankir, trus suka John Meyer, suka fotografi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurutku sih alur ceritanya yang ini lumayan standar aja Mbak Desty.. Not memorable sih :(

      Hapus
    2. Malah berkesan sinetron ya kak Ren. Atau FTV? :D *ikutan nyelutuk*

      Hapus
  5. aku baca buku Ika baru Divortiae ( pinjaman ), sama juga bertabur bahasa Inggris bahkan judul bab nya bahasa latin yang diterjemahkan di bawah memakai bahasa ..Inggris :(.
    Berarti semua bukunya sama kali ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya Ceu, itu mungkin jadi ciri khasnya dia. Jadi, kayaknya aku ngga usah baca buku dia yang lain deh :P

      Hapus
  6. aku belum pernah baca bukunya ika.. agak penasaran kalo ke toko buku dan ketemu bukunya ika tapi selalu nggak dibeli hehehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pinjem aja deh. Nanti kalau misalnya cocok, tinggal beli :)

      Hapus
  7. wow. tapi sebenernya bukunya Ika nggak semenyedihkan itu kok. memang sih, dialog bhs. inggrisnya terlalu banyak, tapi seenggaknya Ika sudah bisa menghanyutkan pembaca loh. coba baca ANTOLOGI RASA. novel punya Ika yang satu itu sedikit beda kok dengan karya Ika yang lain, lebih mudah dibaca.. :D

    BalasHapus
  8. Aku pingin buku ini mbak. Hikz..tapi langka juga sih. Susah carinya.

    BalasHapus
  9. Buku Pertama karya Ika Natssa Yg Saya Baca Adalah Antologi Rasa, Dan Kesan pertama Saya setelah baca adalah ika itu salah satu penulis yg Smart, emg penggambaran kehidupan tokoh2nya agak bebas dan Jujur awalnya jg terganggu akan banyaknya branded Yg Dengernya Aja Saya Blm Pernah yg Dimasukkan Kedalam Novelnya, Tp Lama2 ngerasa jd banyak tau, Thanks To Ika.. gaya Bahasanya Ga Ngebosenin, dan alur cerita, Khususnya endingnya realistis, ga muluk2..
    Tp sekali lagi, ini pendapat pribadi, tiap orang pasti punya selera yg Berbeda. (Indadi)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih komennya. Memang ga semua orang bisa suka karya pengarang favorit. Bagi saya novel debut Ika ini kurang "berbicara "

      Hapus
  10. benerrr bangetttt.... benerrrrr sekali yeap absolutely richtiggggg!! Bukunya kayak liat Mpok Nori lg ngomong ga bisa brenti nyerocos. Untuuunggggnya yesss untuuungnya, luckily;y cuman pinjeeeem..klo enggak suwer mampusss dahhh gue keilangan duit 50 ribuperak haheheah.... katanya mau dipelemin...katanya juga ika ini dilunta lunta in sama Soraya film, soalnya soraya mau garap Supernopa dulu, secara klo melemin ciklit kayak gini ga susah, jadi dibuatlah gampanggg... heyeeessh, nurut aku., tadinya ika natassa ini dr namanya siyy kelihatan cantiik, eh ternyata, bentuknya kayak maap, tika panggabean. Hehe, kata orang, apa yagn dia tulis menggambarkan keinginan nya yang tak tersampaikan hehe.... Karakter ika kan selalu, semampai, putih, cantik, slender, dan biasanya hedon!. Nah, mgkn hedon nya si ika dapet, tapi masalah fisik yang sepertinya ika sedang berjaung habis-habisan untuk itu, meskipun akirnya gagal total hahaha....... Not such a novel. masih lebih bias nerima novelnya sophie Kinsella. Mendiing drpda nyampur2 bahasanya ga jelas gitu.... mending sekalian bikin buku bhs Inggrisssss kaleeeh... dah gitu gue masi liat bhs Inggrisnya byk yang salaah... haduuh ...diketawain aja tuh ma kawan2 bule yang baca. The author seems having such a mental disorder? hahaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya ngga suka bukunya juga gapapa, tapi please, please, hindari mengejek fisik pengarangnya. Saya tahu fisik Ika seperti apa, ada di foto di belakang buku dia, tapi ngga ada dalam pikiran saya buat ngejek fisik dia. Bagi saya, yang penting itu karya dia, bukan fisiknya.

      Hapus
    2. Dear Mbak/Mas Anonim, coba tolong jelasin ke saya dong apa hubungannya kualitas suatu karya (dalam hal ini buku) dengan fisik penciptanya?
      Dan kenapa juga Mbak/Mas Anonim bisa menebak kalo penulis buku ini punya mental disorder? Masa' cuma karena dia menciptakan tokoh yang semampai, putih, cantik, slender (yang mana gak mirip dengan si penulis) lalu dituduh punya mental disorder?
      Mbak/mas tahu gak apa itu mental disorder? Tahu gak gimana kriteria diagnosa mental disorder?

      Kalo gak tahu sih mendingan belajar dulu daripada langsung nebak sotoy dan malah jatuhnya terlihat (maap kalo tersinggung) bodoh.

      Satu lagi sih saran saya, kalo Mbak/Mas Anonim menemukan buku (karya Ika maupun penulis lain) yang ada kesalahan di bahasa Inggrisnya, gak ada salahnya Mbak/Mas ngasi tahu kesalahannya kan? Bisa dengan bikin review yang menjabarkan kesalahannya apa aja. Daripada ngetawain doang. Orang yang membaca review Mbak/Mas (syukur-syukur penulisnya juga baca) akan bertambah ilmunya karena Mbak/Mas. Wah....lumayan nambah amalan baik, Mbak/Mas.

      Dan saran terakhir, mbak/mas. Cobalah terhormat dikit kalo mau memberi kritikan/pujian. Paling gak tulis nama anda. Berlindung di balik identitas anonim itu pengecut, mbak/mas. :)

      (ps : diketik sambil ngadep kaca. sekalian ngingetin diri supaya tidak membuat kesalahan yang sama seperti yang saya kritik di atas. Terima kasih sudah mengingatkan ya, Mbak/Mas Anonim)

      Hapus
    3. Hm..anda pembaca buku? Apa semua buku yang anda baca harus anda kenal luar dalam pribadi dan kehidupan penulisnya?
      Saya rasa kurang etis jika dalam menilai sebuah karya anda menilai sampai ke bentuk fisik penulisnya. Dalam menilai karya seharusnya fokus ke karya itu sendiri. Tidak sedikit kok penulis hebat yang punya keterbatasan fisik tertentu. Tapi apa itu mempengaruhi karya mereka? Nggak.
      Jadi lebih bijak dalam menilai.

      Dan satu lagi, dalam forum publik apalagi dalam berdiskusi cara bertutur pun sangat perlu diperhatikan. Gunakan bahasa yang santun, seberapapun anda tidak suka pada hal tertentu. Itu jauh lebih cerdas menunjukkan anda sebagai orang berpendidikan (^_^)v

      Salam.

      P.S: seberapapun kecewanya pada sebuah buku. Lebih baik fair dalam menilai. Tampilkan kekurangan dan kelebihannya. Bukan dengan menghina penulisnya (^_^)

      Hapus
  11. Mbak Ren aku belum pernah baca bukunya Ika, kayaknya kalo baca reviewmu ga masuk selera ku. Cari pinjeman aja dulu ya biar kantung ga kecewa :)

    BalasHapus
  12. Salam kenal Mba. Ternyata ada yang pemikirannya mirip saya. Cuma bedanya, saya pertama kali baca Divortiare dulu. Ternyata oh ternyata, Divortiare 75% sama dengan A Very Yuppy Wedding, berdasarkan review dari Mba. Nanti, setelah saya baca Twivortiare dan Twivortiare 2, saya kabari Mba. Kebetulan waktu itu beli 3 sekaligus, karena lagi ada promo e-book. Ah, agak menyesal tapi membuka mata saya kok. Thanks Mba atas reviewnya.

    BalasHapus
  13. Hai salam kenal. Aku stuju juga sama mbak ren soal karya Ika, karena memang bukunya agak membosankan karena masih seputar banker, hidup hedonis, pernah tinggal diluar negeri dan workaholic woman, pria tampan di sekelilingnya. Buku prtama yg saya baca itu Antologi Rasa,lalu divortiare,dan terakhir a very yuppy wedding. Dari 3 buku itu, sy sih pling suka Antologi Rasa karena lebih gak drama queen aja. Trus buku AVYW ini sbtulnya drama queen dan alay bgt karena oh cmon, seorang wanita karir modern bisa emosinya labil turun naik hanya dgn mslh percintaan sepele dan digambarkan kalo lebaynya kayak di sinetron ftv. Gak masuk akal aja sama karakter andrea yang smart and independent dan tampak hedonist secara kt jg tau wanita yg sdh dewasa, gak akan se-pecicilan itu nanggepin masalahnya. Topik2 wktu berantem sama adjie juga kayak anak smp pacaran. Dan please deh bosen bgt urusan banker mulu, kyk gak ada profesi lain. Keliatan banget sih terbatas di banker2 aja. Kan agak males ya klo suka buku 1 nya trus baca buku selanjutnya seputar2 itu juga pdhl pembaca expect hal lain yang baru. Dannnnn oh god please get rid of that sushi tei thingy, kayak gak ada restoran lain aja. Bisa dibilang baca buku Ika 1 aja, 2 bakal bosen dan gak akan mau beli lagi... Smg brmanfaat komen saya ini ya kawan2...

    BalasHapus

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...